Logo-BM77-Biru Tengah2-Header

BAKTIKU UNTUK BUDIMULIA

ARSIP ARTIKEL


Provinsi Bangka Belitung memiliki beragam kekayaan budaya, salah satunya adalah tari sambut dan tari dambus. Tari sambut merupakan tarian tradisional yang biasa dipertunjukkan sebagai bentuk sambutan kepada tamu atau sebagai simbol kebahagiaan dan kehormatan. Tarian ini memiliki gerakan yang lincah dan penuh semangat, menggambarkan keramahtamahan masyarakat Bangka Belitung. Sementara itu, tari dambus adalah tarian yang menggabungkan irama musik dan gerakan tubuh yang khas, dengan menggunakan alat musik dambus yang memberikan nuansa yang lebih sakral dan meditatif. Tari dambus biasanya dipertunjukkan dalam acara-acara adat atau ritual keagamaan.
Keunikan tari sambut terletak pada gerakan-gerakannya yang menggambarkan keceriaan dan keramahan masyarakat Bangka Belitung. Tarian ini dilakukan secara berkelompok dengan gerakan tangan yang penuh energi, serta diiringi musik yang memancarkan semangat. Di sisi lain, tari dambus lebih mengutamakan keselarasan antara gerakan tubuh dan suara musik dambus yang merdu dan mendalam. Tari dambus tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga mengandung nilai-nilai spiritual yang mendalam, mencerminkan hubungan antara manusia dan alam serta kepercayaan-kepercayaan lokal.
Tari sambut dan tari dambus memiliki peranan penting dalam menjaga kelestarian budaya di Bangka Belitung. Selain sebagai hiburan, kedua tarian ini juga mengandung nilai-nilai kearifan lokal yang mencerminkan semangat gotong royong, rasa syukur, dan penghormatan terhadap alam dan leluhur. Dalam perkembangan zaman, kedua tarian ini menjadi simbol identitas budaya Bangka Belitung yang harus terus dilestarikan. Melalui tari sambut dan dambus, masyarakat dapat memperkenalkan warisan budaya ini kepada generasi muda serta mempererat tali persaudaraan antar masyarakat.
Di SMP Budi Mulia Pangkalpinang, tari sambut dan tari dambus diajarkan kepada siswa-siswa yang memiliki ketertarikan dan talenta dalam seni tari. Sekolah ini berkomitmen untuk menjaga kelestarian kedua tarian ini agar tetap hidup pada generasi muda. Para siswa yang belajar tari sambut dan dambus tidak hanya diajarkan gerakan-gerakan dasar, tetapi juga makna dan sejarah di balik setiap tarian. Selain itu, kedua tarian ini seringkali ditampilkan dalam berbagai acara penting di sekolah seperti ulang tahun sekolah, reuni akbar, pemberian apresiasi kepada siswa berprestasi, serta acara besar lainnya. Dengan cara ini, diharapkan tarian khas Bangka Belitung ini tetap lestari dan terus dikenalkan kepada masyarakat luas.

By : Jessica Agustina, BM14


Menjadi siswi SMP di SMP Budi Mulia Pangkalpinang adalah sebuah perjalanan penuh warna bagi Jessica. Salah satu pengalaman yang paling berkesan dan tak terlupakan adalah ketika Jessica duduk di kelas 8 bersama empat siswi lainnya mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba Tari Kreasi Tradisional Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) Maret 2016. Persiapan ini berlangsung selama kurang lebih empat bulan, dan tidak hanya menguji keterampilan menari mereka, tetapi juga kekuatan fisik dan mental mereka. 
Kelompok mereka terdiri dari lima siswi yang terdiri atas empat siswi kelas 8 SMP dan satu siswi kelas 7 SMP. Mereka berlatih setiap hari, mulai dari jam pulang sekolah hingga jam 4 sore. Setiap latihan memerlukan ketekunan dan dedikasi yang tinggi. Walaupun latihan yang dilakukan sangat melelahkan dan kadang membuat mereka merasa jenuh, ada semangat yang selalu membuat mereka tidak sabar menunggu bel pulang sekolah berbunyi. Setelah pulang sekolah, mereka segera berkumpul, makan bersama, dan bersiap-siap untuk latihan menari.
Latihan yang jika diingat kembali memang cukup menguras tenaga. Gerakan yang rumit harus diulang berkali-kali hingga semuanya bisa dilakukan dengan sempurna. Mereka berlatih tanpa alas kaki di bawah terik matahari, sering kali merasa lelah, bahkan mengalami cedera kecil akibat gerakan yang salah. Tidak jarang pula terjadi pertengkaran dalam kelompok, karena perbedaan pendapat dan kecemasan akan hasil yang tidak sesuai harapan. Namun, setiap kali ada masalah, mereka selalu saling menyemangati dan mendukung satu sama lain untuk bangkit dan melanjutkan latihan.
Jessica merasa bahwa meskipun banyak tantangan, latihan tersebut mengajarkan mereka banyak hal yang sangat berarti. Sebagai anak SMP yang awalnya kekanak-kanakan, ia dan teman-temannya belajar menjadi lebih tekun, bertanggung jawab, dan pantang menyerah. Melalui latihan ini, mereka mulai tumbuh menjadi pribadi yang lebih disiplin dan memiliki rasa kekeluargaan dalam kelompok. Mereka belajar untuk mengelola emosi, bekerja sama, dan saling mendukung satu sama lain.
Bimbingan dari guru kesenian mereka, Laoshi Maila, sangat berperan dalam kesuksesan mereka. Laoshi Maila tidak hanya mengajarkan teknik menari, tetapi juga memberi mereka motivasi untuk tidak pernah menyerah meskipun latihan terasa sangat berat. Beliau selalu mengingatkan mereka bahwa setiap perjuangan akan membuahkan hasil yang memuaskan. 
Akhirnya, segala usaha keras dan pengorbanan yang mereka lakukan tidak sia-sia. Jessica dan teman-temannya berhasil meraih juara II dalam lomba FLS2N Tari Seni Kreasi tingkat kota Pangkalpinang. Kemenangan ini menjadi momen yang sangat membanggakan dan emosional bagi mereka. Bagi Jessica, itu bukan sekadar sebuah penghargaan, melainkan titik awal pembelajarannya menjadi seorang manusia yang lebih tekun dan tidak mudah menyerah, pelajaran yang terus ia bawa dalam kehidupan hingga saat ini. 
Pengalaman ini memberi Jessica banyak nilai kehidupan yang tak ternilai harganya. Ia belajar bahwa dalam setiap usaha, ada tantangan dan rintangan yang harus dihadapi. Namun, dengan semangat, kerja keras, dan saling mendukung, semua itu bisa terlewati. Kemenangan di FLS2N tidak hanya mengajarkan mereka tentang seni tari, tetapi juga tentang pentingnya ketekunan, kerja sama, dan pantang menyerah. Kini, pengalaman itu menjadi kenangan yang selalu dihargai dan menginspirasi Jessica untuk terus maju dan berkembang dalam setiap langkah kehidupannya.

By : Jessica Agustina, BM14

Yohannes Farial, atau yang lebih akrab disapa Om Farial oleh sesama alumni SMP Budi Mulia – Pangkalpinang, merupakan salah satu contoh sukses Alumnus yang mampu mencapai keberhasilan berkat nilai-nilai kedisiplinan yang diterapkannya selama di sekolah. Lahir pada 3 November 1940 di Pangkalpinang, Om Farial mengungkapkan bahwa kedisiplinan yang diterima di SMP Budi Mulia sangat berpengaruh dalam kehidupan dan usahanya. Meski berasal dari keluarga yang tidak mampu, yang membuatnya dibiayai sekolah oleh Budi Mulia, Om Farial kini sukses membangun usaha yang berkembang pesat, bahkan hingga mancanegara.
Om Farial menempuh pendidikan di SMP Budi Mulia pada 1955 dan lulus pada 1958. Setelah itu, ia sempat mengajar di Sekolah Rakyat (SR) pada 1961-1962 sebelum merantau ke Bandung pada 1962. Awalnya, ia bekerja di pabrik tekstil sebagai karyawan dengan tugas mengurusi pembukuan dan penjualan.
Pada tahun 1966, bersama mitra bisnisnya, ia belajar banyak tentang bisnis tekstil. Berkat pengalaman ini, pada 1979, ia memberanikan diri mendirikan PT Delami yang bergerak di bidang garmen. Usaha awalnya kecil, hanya dengan lima mesin dan tujuh karyawan. Namun, dengan semangat disiplin dan kerja keras, PT Delami berkembang pesat hingga memiliki lebih dari 200 mesin dan 3.000 karyawan pabrik, serta 2.500 karyawan di luar pabrik.
Saat ini, PT Delami mengelola merek-merek ternama seperti The Executive Wood, Color Box, Wrangler, Lee, dan Jockey yang sudah tersebar di lebih dari 800 outlet dan 110 show room di berbagai kota besar Indonesia, bahkan luar negeri. Produk-produk Delami memiliki pasar yang cukup besar, dengan sekitar 70% ekspor dan 30% pasar domestik.
Keberhasilan Yohannes Farial dalam dunia bisnis tidak lepas dari prinsip yang ia pegang teguh: kejujuran, keuletan, dan kesederhanaan. Ketiga nilai ini ia terapkan dalam bisnis dan juga diajarkan kepada ketiga anaknya, Thomas, Devy, dan Stella, yang kini juga sukses dalam bidang masing-masing.
Selain menjalankan perusahaan, Yohannes juga mengajarkan kepada anak-anaknya pentingnya disiplin dan kerja keras. Menurutnya, orang Bangka dikenal sebagai pekerja keras, dan banyak orang sukses dari Pulau Bangka yang meraih kesuksesannya dari nol, bukan karena harta warisan.
Kini, meski sudah berusia lanjut, Yohannes Farial menikmati masa tuanya bersama istri, Juniarty, di Bandung, sambil tetap aktif berolahraga dan berkumpul dengan teman-temannya. Setiap tahun, ia meluangkan waktu untuk pulang ke kampung halaman di Pangkalpinang. Keberhasilannya menjadi bukti nyata bahwa dengan tekad, kerja keras, dan prinsip yang baik, kesuksesan dapat diraih.
Om Farial adalah Alumnus yang mendorong dan mendukung terselenggaranya acara Reuni Akbar I Alumni Sekolah Budi Mulia – Pangkalpinang pada tahun 2011. Kemudian, om Farial mendukung dan memfasilitasi pendirian Yayasan (Alumni) Budi Mulia 77. Sampai sekarang, om Farial selalu membantu program YBM77 dengan dukungan moril dan dana. Beliau adalah Ketua Dewan Pembina YBM77 saat ini.
Beliau adalah sesepuh yang penuh kasih untuk Yayasan Budi Mulia 77. Patut menjadi teladan untuk kita semua.

By : Jessica Agustina, BM14

Sekolah Budi Mulia Pangkalpinang selalu berusaha mengembangkan kreativitas para siswa-siswinya, salah satunya adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler memasak yang memperkenalkan berbagai jenis masakan tradisional maupun modern kepada para siswa Sekolah Budi Mulia. Masakan khas Bangka yang pernah diajarkan dalam ekstrakulikuler ini adalah lempah darat, makanan khas Bangka yang terkenal dengan rasa pedas dan gurih.
Lempah darat terbuat dari berbagai sayuran segar seperti pepaya muda, daun katuk, kacang panjang, dan bumbu khas seperti cabai, terasi dan beberapa bumbu lain. Semua bahan tersebut diolah dengan cara yang cukup sederhana, namun menghasilkan rasa yang khas. Berbagai sayur yang telah dibersihkan direbus dalam bumbu halus, kemudian dimasak hingga bumbu meresap. Lempah darat umumnya disajikan bersama ikan asin goreng yang semakin memperkaya rasa hidangan ini.
Makna nama lempah darat terdiri atas kata “lempah” yang berasal dari Bahasa Melayu berarti makanan berkuah, lalu ditambah dengan kata “Darat” yang merujuk pada bahan baku makanan yang berasal dari daratan. Hidangan ini memiliki nilai gizi yang tinggi karena terbuat dari kombinasi berbagai sayuran yang kaya serat, rendah gula dan rendah lemak. Hidangan ini menunjukkan bagaimana masyarakat Bangka memanfaatkan kekayaan alam di sekitar mereka dengan cara yang sangat bijak.
Melalui kegiatan ekstrakurikuler memasak di SMP Budi Mulia, diharapkan para siswa tidak hanya belajar tentang memasak, tetapi juga memahami pentingnya melestarikan warisan kuliner dan budaya daerah mereka. Melalui pengenalan hidangan lempah darat kepada generasi muda, kita dapat memastikan bahwa kekayaan kuliner Bangka tetap hidup dan terus diwariskan kepada penerus bangsa. Mari kita bersama-sama menjaga dan melestarikan makanan khas serta kebudayaan Bangka agar tetap dihargai oleh generasi mendatang.

 

By : Jessica Agustina,BM14

Hok Lo Pan (Pan de Koek), nama asli dari martabak manis Bangka, adalah kue tradisional yang berasal dari pengaruh budaya Tionghoa-Hokkian dan Belanda. Nama “Hok Lo Pan” secara harfiah berarti “kue/pan (bahasa Khek) orang Hokkian/Hok Lo,” sedangkan “Pan de Koek” dalam bahasa Belanda berarti “roti dari kue” atau “kue panggang.” Kue ini merupakan hasil akulturasi budaya kuliner antara pendatang Tionghoa, khususnya suku Hokkian, dan pengaruh kolonial Belanda yang dibawa melalui jalur perdagangan di Asia Tenggara.
Masuknya Hok Lo Pan ke Pulau Bangka erat kaitannya dengan kedatangan para imigran Tionghoa ke wilayah tersebut pada abad ke-18 hingga 19, terutama untuk bekerja di sektor pertambangan timah. Seiring waktu, komunitas Tionghoa di Bangka tidak hanya menyatu dalam aspek sosial dan budaya, tetapi juga meninggalkan jejak dalam kuliner lokal. Hok Lo Pan pun menjadi bagian dari tradisi dan identitas kuliner Bangka.
Hok Lo Pan adalah kue panggang yang berbentuk bundar dan memiliki tekstur padat serta rasa manis legit. Biasanya berwarna cokelat keemasan di luar dengan bagian dalam yang lembut. Bahan utamanya terdiri dari tepung terigu, telur, dan gula pasir. Beberapa variasi menambahkan kayu manis atau rempah lain untuk memperkaya rasa. Di era modern, Hok Lo Pan lebih sering dikenal dengan nama martabak manis atau kue terang bulan.
Penampilan Hok Lo Pan tahun 1970-1980-an adalah kue berbentuk lingkaran tebal dengan diameter 25 cm dan isiannya adalah butiran wijen dan kacang tanah. Jaman sekarang isisannya adalah parutan keju, butiran coklat, butiran kacang tanah yang dicampur atau terpisah atau Cuma satu jenis isian saja. Setelah ada isiannya maka satu lingkaran kue itu akan dipotong menjaqdi 2 bagian sama besar dan saling menutup, kemudian dipotong lagi menjadi potongan-potongan lebih kecil.
Orang Bangka yang merantau ke daerah lain di pulau Jawa membawa keahlilan membuat kue Hok Lo Pan ini sebagai mata pencaharian dengan cara berjualan di gerobak dorong. Yang berhasil dalam bisnis akan memperluas pemasarannya dengan membuka cabang di tempat lain atau membuat armada penjualan berupa banyak gerobak dorong dengan merek tertentu.
Hok Lo Pan (Pan de Koek) adalah contoh nyata bagaimana makanan bisa menjadi penghubung budaya lintas zaman dan lintas bangsa. Dari Tiongkok dan Belanda menuju pulau timah Bangka, kue ini tidak hanya bertahan sampai sekarang, tetapi juga berkembang dengan mengadopsi kekayaan sumber daya alam lokal. Keunikan dan nilai historisnya menjadikan Hok Lo Pan lebih dari sekadar makanan—ia adalah warisan yang layak dilestarikan.

 

By : Jessica Agustina BM14 & Helen Muliadi BM78