Logo-BM77-Biru Tengah2-Header

BAKTIKU UNTUK BUDIMULIA

Thew Fu Cau adalah makanan khas Bangka yang berasal dari komunitas Tionghoa Hakka. Hidangan ini berbahan dasar tahu berbentuk kubus kecil yang digoreng hingga mengembang dan membentuk rongga di bagian tengahnya. Nama “Thew Fu Cau” berasal dari dialek Hakka/Khek (Thew Fu = tahu, Cau = kering) merujuk pada sejenis tahu pong atau tahu kering yang sering disebut juga tahu kosong. Penggunaan nama yang masih tradisional ini  mencerminkan akar budaya Tionghoa yang kuat di Pulau Bangka, tempat di mana kuliner dan tradisi berbaur harmonis dalam kehidupan sehari-hari.

Keistimewaan Thew Fu Cau terletak pada cara pengolahannya yang unik. Tahu yang digoreng tidak hanya kering di luar berwarna kekuningan, tapi juga berongga di dalam, sehingga mampu menyerap kuah cocolan tauco yang disajikan bersamanya. Kuah cocolan tauco ini merupakan perpaduan rasa gurih, manis, dan pedas yang berasal dari fermentasi kedelai, cabai, dan bumbu lainnya, menciptakan rasa yang kaya dan memanjakan lidah.

Makanan ini umumnya disajikan pada momen-momen istimewa seperti pernikahan dan ulang tahun karena dianggap membawa keberuntungan dan kebahagiaan. Namun, seiring waktu, Thew Fu Cau juga menjadi camilan favorit yang mudah ditemukan di pasar tradisional atau warung makan lokal di Bangka.

Thew Fu Cau dapat ditemukan di pasar-pasar ataupun pusat kuliner Tionghua di Bangka, seperti di pasar A Khi Kampung Bintang dan Pasar Mesu dalam kemasan plastik berisi 10 potongan, dijual dengan harga Rp 15.000 per bungkus. Thew Fu Cau tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga bagian dari identitas budaya masyarakat Bangka. Di balik kesederhanaannya, tersimpan kekayaan rasa dan nilai tradisional yang menjadikan hidangan ini istimewa dan terus lestari dari generasi ke generasi.

 

 

By : Jessica Agustina BM14 & Helen Muliadi BM78