Bangka tidak hanya dikenal dengan keindahan pantai dan kekayaan tambang timahnya, tetapi juga dengan ragam kuliner tradisional yang kaya cita rasa dan nilai budaya. Salah satu minuman khas yang memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Bangka adalah Thew Fu Sui (bahasa Khek, arti harfiah : Air Tahu), yaitu susu kedelai tradisional yang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Tionghoa Bangka.
Bahan utama dari Thew Fu Sui sangat sederhana dan alami, yaitu kedelai kuning berkualitas tinggi, air bersih, dan gula pasir atau pemanis alami. Kedelai yang digunakan biasanya dipilih dengan teliti untuk memastikan susu yang dihasilkan tidak langu dan memiliki rasa yang gurih alami. Pembuatan Thew Fu Sui membutuhkan ketelatenan dan kesabaran. Kedelai direndam selama 6–8 jam agar melunak dan lebih mudah diolah. Proses ini juga membantu menghilangkan bau langu alami dari kedelai. Kedelai yang sudah direndam kemudian digiling/diblender dengan air hingga menjadi bubur halus. Bubur ini kemudian disaring untuk memisahkan ampas dari sarinya. Sari kedelai direbus hingga mendidih sambil diaduk agar tidak gosong.
Thew Fu Sui biasanya dijajakan di pinggir jalan pada pagi hari dengan tambahan kue jajanan pasar khas Bangka. Disediakan kursi juga untuk nongkrong di lapak jualan sambil ngobrol dengan sesama pengunjung. Mau dibungkus dibawa pulang juga bisa. Harga segelas Thew Fu Sui sangat terjangkau berkisar Rp 2.000-3.000 segelas.
Bagi masyarakat Tionghoa Bangka, Thew Fu Sui bukan sekadar minuman, tetapi juga simbol kebersamaan dan penghormatan terhadap tradisi. Thew Fu Sui adalah contoh nyata bagaimana makanan dan minuman tradisional dapat menjadi jembatan antara generasi, budaya, dan identitas. Di tengah derasnya arus modernisasi, keberadaan susu kedelai tradisional Bangka ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga dan menghargai kearifan lokal. Bagi siapa saja yang berkunjung ke Bangka, jangan lupa untuk mencicipi Thew Fu Sui.
By : Jessica Agustina BM14 & Helen Muliadi BM78